Persiapan Mental Sebelum Menikah, Apa Saja?


Persiapan mental yang harus dipersiapkan saat ingin membangun rumah tangga penting untuk Anda perhatikan. 

Sebelum memasuki fase kehidupan pernikahan, ada berbagai aspek penting yang perlu dipersiapkan oleh pasangan yang akan menikah sebelum hari bahagia mereka tiba. 

Ini tidak hanya mencakup penentuan tanggal, waktu, dan lokasi acara, serta pemilihan gaun dan jas, katering, hingga rencana liburan setelah pernikahan. 


Di samping semua hal tersebut, ada juga unsur non-material yang sangat krusial untuk diperhatikan, yaitu kesiapan mental.

Pernikahan merupakan perjalanan seumur hidup, sehingga mempersiapkan mental merupakan keharusan untuk menciptakan kehidupan berumah tangga yang harmonis dan penuh kehangatan. 

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan menjelang pernikahan adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri serta memahami kebutuhan kita.


Selanjutnya, sangat penting untuk mengeksplorasi karakter pasangan kita dengan lebih dalam.

Daftar Persiapan Mental Sebelum Menikah

Menurut situs Bridestory dan The Health Site, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mempersiapkan mental setiap individu sebelum membangun kehidupan berkeluarga.


1. Mengubah Perspektif menjadi "KITA"


Setelah menikah, istilah "aku" dan "kamu" seharusnya diubah menjadi "kita". Namun, ini tidak berarti kita akan kehilangan privasi atau hak individu.

Pernikahan melibatkan dua orang yang bersatu untuk menciptakan sebuah keluarga, yang memerlukan kerjasama dan kompromi demi mencapai kehidupan yang saling melengkapi.


2. Menerima dan Memahami Perubahan yang Terjadi

Pernikahan membawa banyak perubahan dibandingkan dengan masa lajang. Perubahan ini mencakup prioritas, gaya hidup, anggaran dan tabungan, perlindungan asuransi, kebiasaan, hingga cara pandang terhadap kehidupan. 

Agar perbedaan tidak menimbulkan konflik di kemudian hari, penting untuk bersikap dewasa dan menyadari bahwa beberapa isu perlu ditangani dari berbagai sudut pandang.


3. Mengembangkan Kemampuan untuk Memaafkan

Jika kamu bukan orang yang mudah memaafkan, sebaiknya mulai belajar untuk melakukannya. Mengapa? 

Karena dalam kehidupan pernikahan, tak jarang akan muncul banyak masalah yang memerlukan penyelesaian melalui saling memaafkan. 

Komunikasi dengan pasangan sangat penting. Ingatlah, pernikahan bukanlah sebuah permainan teka-teki silang, dan pasanganmu bukanlah seorang peramal yang bisa membaca pikiranmu.


Sampaikan apa yang kamu inginkan, dan biarkan pasanganmu juga mengungkapkan keinginan mereka. Dalam sebuah rumah tangga, perbedaan pendapat hampir tidak terhindarkan. 

Kita tidak dapat menyatukan dua cara berpikir yang berbeda, jadi sangat penting untuk saling menghargai perbedaan tersebut. 

Dengan cara ini, pasangan bisa belajar bersama dan mengatasi setiap masalah tanpa melibatkan emosi negatif.


4. Mengikuti Kursus Pranikah

Jika kamu merasa perlu bimbingan dan pengetahuan lebih tentang dunia pernikahan, mengikuti kelas atau kursus pranikah adalah pilihan yang baik. 

Kegiatan ini sering kali menyediakan diskusi untuk menjawab pertanyaan dan ketidakpastian yang mungkin ada tentang pernikahan. 

Berbeda dengan berbicara dengan keluarga atau teman, seorang konselor di kelas pranikah biasanya bersikap netral dan dapat memberikan informasi serta sudut pandang yang objektif.


5. Membahas Masa Depan dan Rencana Memiliki Anak

Menjadi orang tua adalah impian banyak pasangan. Terlepas dari apa yang ditentukan oleh takdir, penting untuk berdiskusi tentang kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak sebagai bagian dari persiapan mental. 

Memiliki anak menuntut kestabilan mental dan berbagai perencanaan untuk mendukung kehidupan mereka di masa depan. 

Ketika kamu dan pasangan akhirnya memiliki anak, kamu mungkin akan terkejut dengan berbagai kebiasaan yang bakal berubah. Sangat penting untuk mengalokasikan dana baru setiap bulan khusus untuk anak.


Saat membicarakan masa depan, salah satu topik krusial yang sebaiknya kamu bahas dengan pasangan adalah mengenai perlindungan untuk keluarga, termasuk sang anak, guna mengurangi potensi dampak finansial yang mungkin timbul di masa yang akan datang.

Perlu diingat, pernikahan bukan sekadar penyatuan dua orang, melainkan juga memadukan pikiran, ego, dan pandangan. 

Pastikan untuk mengikuti saran-saran persiapan pernikahan yang telah disebutkan, agar kamu dapat mewujudkan kehidupan rumah tangga yang diimpikan. (Fahma Ardiana)

Post a Comment

New comments are not allowed.*

Previous Post Next Post

Contact Form